Tasawuf-Sufisme
Ramai kita dapati pendapat miring terkait tasawuf, lebih-lebih ketika didekatkan dg tarekat dan sufisme. Suara tersebut muncul baik dari orang awam maupun yang 'merasa' terpelajar. Dikatakan jumud, penyebab mundurnya umat islam, bahkan menyalahi syariat islam sendiri. Benarkah demikian? Tentu saja tidak.
Sebab tasawuf sendiri sejatinya ialah jalan pendekatakan diri kepada Allah. Dalam hadis Umar, dijelaskan bahwa Jibril datang menemui nabi menanyakan tentang Islam, Iman, dan Ihsan yang ketiganya merupakan pilar utama agama Islam. Sumber ajaran tasawuf tercermin dalam pemaknaan akan ihsan, dimana seorang akan melakukan usaha batiniah dalam beribadah untuk melihat atau selalu merasa dilihat olehNya.
Muhammad Abid Al Jabiri juga memasukkan Tasawuf, sebagai salah satu Epistemologi islam atau biasa disebut Epistemologi 'Irfani.
Dizaman awal, para sahabat dan tabi'in tidak hanya ahli fikih saja, melainkan tasawuf juga. Mereka seorang faqih sekaligus sufi dalam gelar sahabat. Sebab keduanya seperti dua sisi logam yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karenanya, Imam Malik mengatakan,
"من تفقه ولم يتصوف فقد تفسق، و من تصوف ولم يتفقه فقد تزندق، و من جمع بينهما فقد تحقق "
(Barang siapa mempelajari fiqh tanpa tasawuf ia akan menjadi fasik. Dan barang siapa mempelajari tasawuf tanpa fiqh akan menjadi zindiq. Dan barang siapa mengumpulkan keduanya ia akan mencapai kebenaran)
Hasan Al Basri, Jabir ibn Hayan, Imam Ghazali, Ibnu Sina, Imam Syafi'i ialah diantara pelaku tasawuf. Sementara dari ulama khalaf ada Dr. Abdul Halim Mahmud, Ramadhan Al Bouthi, Muhammad Muhanna. Bahkan Grand Syaikh Al Azhar saat ini, Syekh Ahmed Thayyib, juga seorang pemimpin Tarekat Khalwati.
Hanya saja, dlm perkembangannya, terdapat pengembangan ajaran tasawuf yang menyalahi syariat, seperti Al Hallaj misalnya. Atau ajaran tasawuf lain yg justru menyebabkan kita meninggalkan syariat. Sejatinya yg demikian juga ditolak oleh para sufi sendiri.
Padahal, tasawuf dapat menjadi solusi persoalan kehidupan yang pelik. Sebab ia menawarkan kedamaian jiwa dengan kedekatan pada Tuhan. Selain itu, agar ibadah kita tidak hanya sebatas ujaran atau gerakan formalitas penggugur kewajiban.
Terakhir, saya tutup dengan perkataan Masyhur Abu Yazid Al Busthami :
"Seandainya kamu melihat seseorang yang diberi kekeramatan, sehingga mampu terbang di angkasa, maka jangan mudah tergiur kepadanya, sehingga kamu melihat bagaimana dia mengikuti perintah dan meninggalkan larangan Allah"
Sebab tasawuf sendiri sejatinya ialah jalan pendekatakan diri kepada Allah. Dalam hadis Umar, dijelaskan bahwa Jibril datang menemui nabi menanyakan tentang Islam, Iman, dan Ihsan yang ketiganya merupakan pilar utama agama Islam. Sumber ajaran tasawuf tercermin dalam pemaknaan akan ihsan, dimana seorang akan melakukan usaha batiniah dalam beribadah untuk melihat atau selalu merasa dilihat olehNya.
Muhammad Abid Al Jabiri juga memasukkan Tasawuf, sebagai salah satu Epistemologi islam atau biasa disebut Epistemologi 'Irfani.
Dizaman awal, para sahabat dan tabi'in tidak hanya ahli fikih saja, melainkan tasawuf juga. Mereka seorang faqih sekaligus sufi dalam gelar sahabat. Sebab keduanya seperti dua sisi logam yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karenanya, Imam Malik mengatakan,
"من تفقه ولم يتصوف فقد تفسق، و من تصوف ولم يتفقه فقد تزندق، و من جمع بينهما فقد تحقق "
(Barang siapa mempelajari fiqh tanpa tasawuf ia akan menjadi fasik. Dan barang siapa mempelajari tasawuf tanpa fiqh akan menjadi zindiq. Dan barang siapa mengumpulkan keduanya ia akan mencapai kebenaran)
Hasan Al Basri, Jabir ibn Hayan, Imam Ghazali, Ibnu Sina, Imam Syafi'i ialah diantara pelaku tasawuf. Sementara dari ulama khalaf ada Dr. Abdul Halim Mahmud, Ramadhan Al Bouthi, Muhammad Muhanna. Bahkan Grand Syaikh Al Azhar saat ini, Syekh Ahmed Thayyib, juga seorang pemimpin Tarekat Khalwati.
Hanya saja, dlm perkembangannya, terdapat pengembangan ajaran tasawuf yang menyalahi syariat, seperti Al Hallaj misalnya. Atau ajaran tasawuf lain yg justru menyebabkan kita meninggalkan syariat. Sejatinya yg demikian juga ditolak oleh para sufi sendiri.
Padahal, tasawuf dapat menjadi solusi persoalan kehidupan yang pelik. Sebab ia menawarkan kedamaian jiwa dengan kedekatan pada Tuhan. Selain itu, agar ibadah kita tidak hanya sebatas ujaran atau gerakan formalitas penggugur kewajiban.
Terakhir, saya tutup dengan perkataan Masyhur Abu Yazid Al Busthami :
"Seandainya kamu melihat seseorang yang diberi kekeramatan, sehingga mampu terbang di angkasa, maka jangan mudah tergiur kepadanya, sehingga kamu melihat bagaimana dia mengikuti perintah dan meninggalkan larangan Allah"
Komentar
Posting Komentar