BRCH (20) : Ayat-Ayat Cinta
Sabtu, 10 Maret 2018
Kemaren saya seolah mendapat petunjuk dari kumpulan kegelisahan yang tak kunjung selesai. Menariknya, dan memang sudah seharusnya, solusi ini datang dari buku panduan terbaik sepanjang masa: Al-Qur’an. Entah dorongan apa yang membujuk saya untuk mentadaburi ayat yang akan saya hafal. Ketika tiba di ayat 97 dari Surat An-Nisa seolah saya ditampar keras-keras oleh Allah. Tamparan yang sangat pedih, namun akan sangat menyembuhkan sekiranya saya melakukan.
Dalam ayat tersebut, seseorang yang meninggal dalam keadaan susah lagi mendholimi diri sendiri didatangi malaikat,
“Mengapa kamu demikian?”
“Kami orang-orang yang lemah di Bumi,” jawabnya dengan penuh ketakutan.
Sontak, Malaikat menimpali, “Tidakkah bumi itu luas? Kenapa kamu tidak berhijrah?”
Diakhir ayat, Allah menambah mereka punya kepedihan. Ia menempatkan mereka ke seburuk-buruknya tempat: Jahannam
Ya Rabb!
Bagaimana sekiranya saya meninggal sedang diri ini sedang lalai dariMu? Kematian yang penuh misteri, bagaimana bila datang justru ketika diri ini terlena dalam maksiat kepadamu? Hujjag apa yang akan saya katakan kelak?
Hijrah!
Seringkali dahulu saya mendorong orang untuk berhijrah. Menuju kepada lebih baik dan meninggalkan yang buruk. Kini, ditengah kebobrokan spiritual saya, rasanya hijrah harus benar-benar menjadi solusi. Ketika Al-Qur’an sebagai obat telah menunjuki saya didepan mata, tidak elok rasanya menunda-nunda. Ketika Allah, sering saya sakiti dengan pelanggaran-pelanggaran saya, Ia justru menjukkan Ayat-Ayat Cinta-Nya. Dalam hati kuat-kuat akan saya aktualisasikan. Baik hijrah dari segi perbuatan maupun tempat tinggal. Saya harus pindah!
Kemaren saya seolah mendapat petunjuk dari kumpulan kegelisahan yang tak kunjung selesai. Menariknya, dan memang sudah seharusnya, solusi ini datang dari buku panduan terbaik sepanjang masa: Al-Qur’an. Entah dorongan apa yang membujuk saya untuk mentadaburi ayat yang akan saya hafal. Ketika tiba di ayat 97 dari Surat An-Nisa seolah saya ditampar keras-keras oleh Allah. Tamparan yang sangat pedih, namun akan sangat menyembuhkan sekiranya saya melakukan.
Dalam ayat tersebut, seseorang yang meninggal dalam keadaan susah lagi mendholimi diri sendiri didatangi malaikat,
“Mengapa kamu demikian?”
“Kami orang-orang yang lemah di Bumi,” jawabnya dengan penuh ketakutan.
Sontak, Malaikat menimpali, “Tidakkah bumi itu luas? Kenapa kamu tidak berhijrah?”
Diakhir ayat, Allah menambah mereka punya kepedihan. Ia menempatkan mereka ke seburuk-buruknya tempat: Jahannam
Ya Rabb!
Bagaimana sekiranya saya meninggal sedang diri ini sedang lalai dariMu? Kematian yang penuh misteri, bagaimana bila datang justru ketika diri ini terlena dalam maksiat kepadamu? Hujjag apa yang akan saya katakan kelak?
Hijrah!
Seringkali dahulu saya mendorong orang untuk berhijrah. Menuju kepada lebih baik dan meninggalkan yang buruk. Kini, ditengah kebobrokan spiritual saya, rasanya hijrah harus benar-benar menjadi solusi. Ketika Al-Qur’an sebagai obat telah menunjuki saya didepan mata, tidak elok rasanya menunda-nunda. Ketika Allah, sering saya sakiti dengan pelanggaran-pelanggaran saya, Ia justru menjukkan Ayat-Ayat Cinta-Nya. Dalam hati kuat-kuat akan saya aktualisasikan. Baik hijrah dari segi perbuatan maupun tempat tinggal. Saya harus pindah!
اِنَّ الَّذِيْنَ تَوَفّٰٮهُمُ الْمَلٰٓئِكَةُ ظَالِمِيْۤ اَنْفُسِهِمْ قَالُوْا فِيْمَ كُنْتُمْ ۗ قَالُوْا كُنَّا مُسْتَضْعَفِيْنَ فِيْ الْاَرْضِ ۗ قَالُوْۤا اَلَمْ تَكُنْ اَرْضُ اللّٰهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوْا فِيْهَا ۗ فَاُولٰٓئِكَ مَأْوٰٮهُمْ جَهَـنَّمُ ۗ وَسَآءَتْ مَصِيْرًا
Komentar
Posting Komentar