BRCH (17) : Subuh adalah Nyawa Saya
Ahad, 4 Maret 2018
Hari ini berjalan sangat kacau dan payah. Bukannya tidak
mensyukuri apa-apa nikmat yang Allah beri, hanya saja apa yang terjadi membuat
saya ingin mengumpat dan hari segera berganti. Pagi hari mengikuti dars di
Kawakib dan mata saya tidak dapat diajak kompromi. Berkali-kali tertidur. Hanya
menyerap 25% pelajaran. Di DL jam pertama juga demikian, bahkan sampai
tertidur. Saya pikir istirahat dan sholat ashar akan sedikit merubah keadaan.
Kenyataanya sama saja. Bahkan dijam kedua saya ditegur ustadz, “Ya syekh, anta
tanam katsir!”
Saya benar-benar tidak bergairah. Ingin cepat pulang, tidur,
dan menanti hari esok yang lebih cerah.
Badmood seperti ini tidak hanya sekali dua kali saya alami.
Namun kali ini benar-benar murokkab. Ketika sebab-musabab coba untuk saya
runut, sedari awal sudah saya duga. Adalah kebodohan bahkan kehinaan saya yang
melaksanakan kewajiban Tuhan, namun lebih daripada waktunya. Saya merasa bahwa
subuh adalah ruh dan nyawa dalam hari-hari saya. Sekalinya luput, kacau sudah
saya punya aktivitas.
Patut pula untuk disyukur sebetulnya, sebab Allah langsung
tegur saya sehingga lekas berbenah. Namun rasa berdosa saya juga harus
dibesarkan agar benar-benar menyesal sehingga siap memperbaiki lagi.
Komentar
Posting Komentar