BRCH (31) : Orang Menonjol yang akan dikenang Sejarah
Sabtu, 9 Juni 2018
Ada banyak kejadian menarik belum saya serat disini. Ketika pikiran saya sebetulnya menari-nari membayangkan hnal ini itu menarik untuk dituliskan, semangat saya untuk merealisasikan tipis. Sampai ketika saya merasa harus banyak melakukan evaluasi diri belakangan, saya buka halaman-halaman awal catatan harian saya ini. Saya takjub dengan semangat saya awal awal dahulu. Juga menyesal dengan kepayahan belakang ini.
Diantara yang menarik, tertanggal 29 September 2017, 3 hari setelah kedatangan saya di Mesir, saya pernah menulis :
Persoalannya, sudah 2 bulan saya tinggal di MAQURAA namun masih biasa-biasa saja. Saya belum menemukan hal apa yang bisa atau akan saya lakukan, yang tidak akan dilakukan oleh orang-orang kebanyakan. Harus banyak dan sering-sering membuat refleksi. Tentang hafalan, tulisan, pelajaran, dan paling penting ialag penggunaan waktu hidup.
Oya, beberapa hari belakangan terjadi peristiwa cukup penting :
1. Tanggal 17 Ramadhan lalu, saya berkesempatan berkunjung ke Masjid Amr bin Ash (pertamakalinya) dan ceramah berbahasa arab disana. Walau hanya didepan teman-teman, cukup menantang dan menegangkan. Satu-dua orang Mesir tertarik mendekat. Saya mengulas Al-Qur’an dan kaitannya dengan Nuzulul Qur’an.
2. 18 Ramadhan. Saya resmi selesai belajar Tahsin bersama Syekh Wail di Muqottom. Pertamakali mendapatkan sanad. Terharu teringat bagaimana diawal dahulu terseok-seok. Beban baru untuk senantiasa mau belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya. Dan sedih, rutinitas perjalan ke Muqottom dengan segenap keramahan orang sana (termasuk ‘Ammu Mahmud yang sudah seperti paman saya), yang menemani hari-hari saya selama hampir 5 bulan, sudah tidak ada lagi. Tersisa kenangan. Semoga kelak dapat bersilaturahim kembali.
Ada banyak kejadian menarik belum saya serat disini. Ketika pikiran saya sebetulnya menari-nari membayangkan hnal ini itu menarik untuk dituliskan, semangat saya untuk merealisasikan tipis. Sampai ketika saya merasa harus banyak melakukan evaluasi diri belakangan, saya buka halaman-halaman awal catatan harian saya ini. Saya takjub dengan semangat saya awal awal dahulu. Juga menyesal dengan kepayahan belakang ini.
Diantara yang menarik, tertanggal 29 September 2017, 3 hari setelah kedatangan saya di Mesir, saya pernah menulis :
“Hanya orang-orang yang selalu menonjol dari yang lainya-lah, yang namanya akan dikenang dengan tinta emas sejarah”Rasanya ini menarik kalau dikaitkan dengan perkataan Pak Din Syamsuddin, “Why not The Best?” dan motto hidup ‘Above Average’ Pak Abdullah Mu’ti. Sangat berkaitan dan seperti sudah menjadi kaidah tersendiri, bahwa orang-orang besar selalu memiliki cara pandang berbeda, yang tidak dimiliki oleh orang-orang biasa.
Persoalannya, sudah 2 bulan saya tinggal di MAQURAA namun masih biasa-biasa saja. Saya belum menemukan hal apa yang bisa atau akan saya lakukan, yang tidak akan dilakukan oleh orang-orang kebanyakan. Harus banyak dan sering-sering membuat refleksi. Tentang hafalan, tulisan, pelajaran, dan paling penting ialag penggunaan waktu hidup.
Oya, beberapa hari belakangan terjadi peristiwa cukup penting :
1. Tanggal 17 Ramadhan lalu, saya berkesempatan berkunjung ke Masjid Amr bin Ash (pertamakalinya) dan ceramah berbahasa arab disana. Walau hanya didepan teman-teman, cukup menantang dan menegangkan. Satu-dua orang Mesir tertarik mendekat. Saya mengulas Al-Qur’an dan kaitannya dengan Nuzulul Qur’an.
2. 18 Ramadhan. Saya resmi selesai belajar Tahsin bersama Syekh Wail di Muqottom. Pertamakali mendapatkan sanad. Terharu teringat bagaimana diawal dahulu terseok-seok. Beban baru untuk senantiasa mau belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya. Dan sedih, rutinitas perjalan ke Muqottom dengan segenap keramahan orang sana (termasuk ‘Ammu Mahmud yang sudah seperti paman saya), yang menemani hari-hari saya selama hampir 5 bulan, sudah tidak ada lagi. Tersisa kenangan. Semoga kelak dapat bersilaturahim kembali.
Komentar
Posting Komentar