BRCH (30) : Perkataan Ustad Arif

Ahad, 27 Mei 2018

Semakin kesini saya bertambah segan dengan Ustadz Arif (Mudir/Kyai Maquraa). Beliau dapat memimpin dengan kewibawaan dan kasih sayang sekaligus. Tindak tanduk dan tuturnya selalu kami patuhi dengan penuh hormat. Saya malah menemukan sosok beliau seperti ibu saya. Komunikatif, tidak saklek, namun dapat tegas pada waktunya.

Selama ini perkataan beliau selalu menarik. Seringkali saya mendapat sudut pandang baru. Manggut-manggut yang saya lakukan murni berlandaskan ketidaktahuan saya. Hari ini, untuk kesekian kali, saya harus membenarkan perkataan belaiu dua pekan silam.

Ketika target yang saya pasang cukup tinggi, di Bulan ramadhan ini mau tidak mau harus dekat dengan Al-Qur’an. Sampai saat ini, atas izin Allah, 4-5 Juz dapat saya baca dalam satu hari. Ditambah dengan 1-2 lembar hafalan baru yang harus di muraja’ah 10-15 kali. Total mungkin bisa 6-7 Juz sehari. Hal ini tidak memungkinkan bagi saya untuk sekedar mengambil safar jauh (disamping tidak diizinkan) atau sekedar menulis, maupun menonton film.

Sampai kemaren masih normal Alhamdulillah. Namun sampai saya menulis ini, hanya satu juz yang dapat saya baca. Hafalan juga hanya selembar. Ini karena selepas dzuhur tadi, saya diminta Ustad Arif untuk membuat profil Maquraa dengan bahasa arab bersama Taufiq dan Fauzan. Dan karenanya, habislah waaktu siang-maghrib saya didepan laptop. Tanpa Al-Qur’an.

Saya tidak sepenuhnya menyesal sebenarnya. Toh, memenuhi panggilan guru juga tidak kalah mulia. Disini saya mencoba menyadari, bahwa hanya karena satu tugas saja saya tidak bisa lagi maksimal belajar dan berinteraksi dengan Qur’an, bagaimana dengan kesibukan lain-lain nanti?

Dalam sebuah kesemptan beliau pernah menyampaikan, “Maksimalkan belajar dan Al-Qur’an kalian sekarang, sebelum di Indonesia kelak,  susah mencari waktu untuk sekedar belajar karena kalian akan banyak dibutuhkan,”

Komentar

VIEWERS

Postingan Populer