Bunga Rampai Catatan Harian (2)
Selasa, 4 Oktober 2017
Ditemani secangkir teh panas tanpa gula, saya melanjutkan catatan harian pagi ini. Sengaja saya berdamai dengan sunyi dan menyingkir dari keramaian. Agar saya punya hati dan jiwa kian damai dan menyadari : untuk apa saya hadir disini. Tidak selamanya pada kita bersama kebahagiaan. Namun sejatinya, baik diatas maupun dibawah, kebahagiaan hanyalah soal menyadari. Sejauh mana kita coba memberi arti pada diri sendiri.
Besok pagi tes Tahdid Mustawa. Ditingkat berapakah nanti akan ditentukan besok. Sejauh ini saya masih gelisah dan payah dengan persiapan yang amat kurang. Bisa jadi saya tidak dapat tingkatan sesuai harapan. Tidak mustahil pula saya berada dibawah teman-teman lain yang harusnya dapat saya lampaui. Lalu, bila benar demikian, air mata saya akan meleleh barangkali setelah mengetahui reaksi orang tua yang (selalu) dibalut dengan ‘tidak apa-apa’. Belum lagi itu berarti biaya yang harus dikeluarkan kian banyak. Oh, Allah. KepadaMu, hamba berdoa, berserah diri, dan akan berikhtiar sekuat tenaga.
Allahumma sahhil fi umuurina.
(Nasr City, Cairo)
Rabu, 5 Oktober 2017
Pada akhirnya, yang disebut makhluk hanya dapat beerserah diri pada sang Khalik setelah apa yang diusahakannya sedimikan rupa sedikit meleset daripada perkiraan.
Hari ini, waktu yang dinanti-nanti oleh ribuan mahasiswa baru Indonesia di Bumi Kinanah ini, tiba menghampar pula. Setelah mengirimkan selaksa doa dalam munajat sholat atau terkadang pasca melantunkan Al-Qur’an, setelah mengorbankan waktu-waktu istirahat untuk serangkaian pemantasan, setelah menahan agenda kesana-kemari memahami sekitar beanr-benar tertangguhkan. Ya, setelah itu semua berlalu, kemudian ujian yang seolah batu besar yang dipinggul dipundak lepas, apa yang disebut ‘PLONG’ benar-benar menyeruak. Yeah. Bahagia sebab usai pula ujian Tahdid Mustawa. Walaupun, sejujurnya, saya tidak benar-benar yakin dapat setara atau mungkin melebihi yang lainnya.
Namun untuk tetap menembus tingkat Mutawassith, kupasrahkan senantiasa kepada Allah, sambil berusaha tiada henti melantunkan doa sebelum pengumuman resmi keluar. Extratime.
Pasalnya, diujian pertama syafawi (lisan) tadi, dibanding dua teman saya yang bersamaan maju, Cikal dan Dzikri, saya paling payah. Dua pertanyaan gagal terjawab. Pertama tentang ‘ulun ijtima’iah yang sebab tidak fokus malah saya jawab tafsir, hadis. Kedua tentang ‘internet’ yang saya kira ‘attarnit’. Sontak terus terang saya berkata ‘ma ‘aroftu ya syekh’. Huh. Benar-benar tidak puas saya. Seperti putus harapan. Lalu, sambil menanti ujian tahriri (tulis) saya sempatkan ambil wudhu dan dua rakaat. Agar tetap menjaga asa. Dan Alhamdulillah ‘ala kulli hal, cukup banyak saya dimudahkan mengerjakan tanpa menafikkan betapa sulitnya. Kata senior, bahkan soal tahdid ini 3-4 kali lipat lebih sulit dibanding soal tes masuk dari kemenag. Allahu.
Oiya, semalam saya bermimpi tentang seseorang. Cukup lama tidak berkomunikasi. Hmm bukan disini sih ya menulisnya. Hehe. Terkadang mimpi ialah godaan syetan, terkadang pula barokah. Apapun itu, saya bersyukur atas apapun ketetapanNya pada saya. Hehe.
Ditemani secangkir teh panas tanpa gula, saya melanjutkan catatan harian pagi ini. Sengaja saya berdamai dengan sunyi dan menyingkir dari keramaian. Agar saya punya hati dan jiwa kian damai dan menyadari : untuk apa saya hadir disini. Tidak selamanya pada kita bersama kebahagiaan. Namun sejatinya, baik diatas maupun dibawah, kebahagiaan hanyalah soal menyadari. Sejauh mana kita coba memberi arti pada diri sendiri.
Besok pagi tes Tahdid Mustawa. Ditingkat berapakah nanti akan ditentukan besok. Sejauh ini saya masih gelisah dan payah dengan persiapan yang amat kurang. Bisa jadi saya tidak dapat tingkatan sesuai harapan. Tidak mustahil pula saya berada dibawah teman-teman lain yang harusnya dapat saya lampaui. Lalu, bila benar demikian, air mata saya akan meleleh barangkali setelah mengetahui reaksi orang tua yang (selalu) dibalut dengan ‘tidak apa-apa’. Belum lagi itu berarti biaya yang harus dikeluarkan kian banyak. Oh, Allah. KepadaMu, hamba berdoa, berserah diri, dan akan berikhtiar sekuat tenaga.
Allahumma sahhil fi umuurina.
(Nasr City, Cairo)
Rabu, 5 Oktober 2017
Pada akhirnya, yang disebut makhluk hanya dapat beerserah diri pada sang Khalik setelah apa yang diusahakannya sedimikan rupa sedikit meleset daripada perkiraan.
Hari ini, waktu yang dinanti-nanti oleh ribuan mahasiswa baru Indonesia di Bumi Kinanah ini, tiba menghampar pula. Setelah mengirimkan selaksa doa dalam munajat sholat atau terkadang pasca melantunkan Al-Qur’an, setelah mengorbankan waktu-waktu istirahat untuk serangkaian pemantasan, setelah menahan agenda kesana-kemari memahami sekitar beanr-benar tertangguhkan. Ya, setelah itu semua berlalu, kemudian ujian yang seolah batu besar yang dipinggul dipundak lepas, apa yang disebut ‘PLONG’ benar-benar menyeruak. Yeah. Bahagia sebab usai pula ujian Tahdid Mustawa. Walaupun, sejujurnya, saya tidak benar-benar yakin dapat setara atau mungkin melebihi yang lainnya.
Namun untuk tetap menembus tingkat Mutawassith, kupasrahkan senantiasa kepada Allah, sambil berusaha tiada henti melantunkan doa sebelum pengumuman resmi keluar. Extratime.
Pasalnya, diujian pertama syafawi (lisan) tadi, dibanding dua teman saya yang bersamaan maju, Cikal dan Dzikri, saya paling payah. Dua pertanyaan gagal terjawab. Pertama tentang ‘ulun ijtima’iah yang sebab tidak fokus malah saya jawab tafsir, hadis. Kedua tentang ‘internet’ yang saya kira ‘attarnit’. Sontak terus terang saya berkata ‘ma ‘aroftu ya syekh’. Huh. Benar-benar tidak puas saya. Seperti putus harapan. Lalu, sambil menanti ujian tahriri (tulis) saya sempatkan ambil wudhu dan dua rakaat. Agar tetap menjaga asa. Dan Alhamdulillah ‘ala kulli hal, cukup banyak saya dimudahkan mengerjakan tanpa menafikkan betapa sulitnya. Kata senior, bahkan soal tahdid ini 3-4 kali lipat lebih sulit dibanding soal tes masuk dari kemenag. Allahu.
Oiya, semalam saya bermimpi tentang seseorang. Cukup lama tidak berkomunikasi. Hmm bukan disini sih ya menulisnya. Hehe. Terkadang mimpi ialah godaan syetan, terkadang pula barokah. Apapun itu, saya bersyukur atas apapun ketetapanNya pada saya. Hehe.
Komentar
Posting Komentar