JurnalRamadhan8 : Extratime
#JurnalRamadhan8 : Extratime
1. Dalam sepakbola, ada waktu tambahan atau biasa disebut extratime, untuk mempertegas kedudukan pertandingan yang seri, supaya jelas menang atau kalah. Setiap tim 'nggetih' sampai habis pada babak extratime. Meskipun tetap ada adu penalti.
2. Sebagaimana pahitnya Athletico di final Champions lalu yang sempat unggul 1-0, kemasukan satu, di extratime kalah nggetih dari Madrid. Madridista dimanapun bergemuruh. Tidak jadi kalah, pun tidak imbang, tapi menang! Betapa berharganya waktu extratime.
3. Pun dalam hidup, sejatinya setiap dari kita memiliki extratime yang bahkan dapat kita ciptakan sendiri. Bedanya, baik kalah atau pun menang posisi kita, hak extratime tetap dapat kita hadirkan sendiri; tanpa keharusan skor berimbang dahulu.
4. Sedikit berkisah, Pukul 11 siang kemaren, sementara sebagian orang mungkin melakoni sebuah penantian, saya masih ceria bersama video games PES 2017. Bukan sebab lupa, takut, atau khawatir tidak sesuai harapan, sama sekali tidak.
5. Bukan pula soal siap atau tidak, pantang bagi saya. Lebih dari itu, soal seberapa pantas. Ikhtiar dunia sudah lewat masa dan mustahil untuk merobahnya. Saya cukup dapat menilai. Ikhtiar langit?
6. Agar Allah berkehendak A, sudahkah berjalan sesuai aturan jalur A? Agar Allah berkehendak A, sudahkah menghindar dari penyebab tidak A? Sederhananya, kita siapa dan punya apa sehingga boleh bagi Allah berkehendak A?
7. 30 menit sebelum pukul 11, saya sudah pada kesimpulan belum pantas. Oke, matikan data. Jangan pukul 11. Cari waktu buat memantaskan. Extratime! Ada tambahan waktu, Paket Dzuhur : qobliyah, tahiyyatul, antara adzan-iqomah, jama'ah, ba'diyah, kotak infaq, ramah pada warga, etc. Semua dalam nafas yang sama : memantaskan.
8. Dalam extratime seperti ini, membayangkan kemungkinan-kemungkinan buruk, ialah satu cara efektif menguatkan doa. Bagaimana jika tidak? Mau dimana? Perasaan orangtua seperti apa? Denganya, kita bener-bener seperti pengemis yang sangaaaat berharap uang untuk makan. Merasa butuh, merasa rendah, dan mudah menetes.
9. Sudah? Belum, Al-Qur'an belum tersentuh. Masih belum pantas. Tahan dulu saya punya penasaran. Maksimalin tuh 'kita punya apa' sehingga boleh bagi Allah berkendak A. Nama-nama sudah terpampang, sebagian ada yang bersyukur lega, segelintir nampak berduka. Dan sampai pukul 12.30 WIB, saya (masih) tanda tanya perihal nama saya. Sabar, sebentar lagi.
10. Allah yang lebih tau sudah atau belum, setidaknya saya coba untuk (masih) memantaskan, di paruh akhir extra-time. Harap-harap cemas. Tersenyum atau tertegun? Baik yang pertama atau kedua, menyempatkan menghadap sebelum menatap setidaknya menghindar dari dua lubang : over terlena atau over kecewa.
11. Pada akhirnya waktu extratime yang saya ciptakan sendiri, harus saya akhiri sendiri pula. Bismillah, Laa haulaa wa laa quwwata illa billah. Saya tarik nafas, nyalakan data sembari memejamkan mata, menata hati serapi dan sekuat mungkin. Sambil menghembus, mata saya buka.
11. Pukul 12.45, sekitar 1900-an pesan dari 79 chat. Mata saya menangkap chat teratas, terbaru, "Waikii, syukuran Mesir enakk" Allahu. Cess. Satu embun menetes sejuk dihati. Masih belum, scroll kebawah. Allahu, Mutawatir masyaAllah:") Tidak perlu banyak pertimbangan, sontak saya merendahkan serendah-rendahnya dalam sujud. Terimakasih tiada terkira. Tanpa diminta, pipi saya basah air mata. Allah maha baik, maha pendengar, dan tidak mengingkari janjinya.
12. Dalam beberapa hal, saya sering mengandalkan extratime yang saya buat sendiri. Saat intruksi utk masuk kelas bagi rapot, saya mlipir masjid sebentar. Saat nilai suatu mapel penting sudah dibaca sampai absen pertama, saya ijin keluar kelas menyempatkan. Menjelang pengumuman lomba, saya menghindar mencari tenang. Dan sejauh mana kita yakin ke Allah, believe or not, hampir semua tidak bertepuk sebelah tangan. True, menghadap sebelum menatap.
13. Mengutip Al Ghazali, bahwa hukum sebab akibat (kausalitas) itu ada, namun tidak absolut. Jauh diatas itu semua, ada Allah yang maha berkehendak atas segala sesuatu. Dan bagi saya, memunculkan extratime ialah salah satu cara memohon kehendak kepada Sang Pemilik Kehendak.
Nb : betapa tulisan ini terselubungi ria dan sum'ah ialah suatu kenyataan yang sulit dihindari. Setidaknya saya tetap menulis dan mencoba tetap berbagi, barangkali ada manfaat yang dapat diberi. Toh, perihal riya' urusan makhluq dan kholiq, bukan sesama makhluq.
1. Dalam sepakbola, ada waktu tambahan atau biasa disebut extratime, untuk mempertegas kedudukan pertandingan yang seri, supaya jelas menang atau kalah. Setiap tim 'nggetih' sampai habis pada babak extratime. Meskipun tetap ada adu penalti.
2. Sebagaimana pahitnya Athletico di final Champions lalu yang sempat unggul 1-0, kemasukan satu, di extratime kalah nggetih dari Madrid. Madridista dimanapun bergemuruh. Tidak jadi kalah, pun tidak imbang, tapi menang! Betapa berharganya waktu extratime.
3. Pun dalam hidup, sejatinya setiap dari kita memiliki extratime yang bahkan dapat kita ciptakan sendiri. Bedanya, baik kalah atau pun menang posisi kita, hak extratime tetap dapat kita hadirkan sendiri; tanpa keharusan skor berimbang dahulu.
4. Sedikit berkisah, Pukul 11 siang kemaren, sementara sebagian orang mungkin melakoni sebuah penantian, saya masih ceria bersama video games PES 2017. Bukan sebab lupa, takut, atau khawatir tidak sesuai harapan, sama sekali tidak.
5. Bukan pula soal siap atau tidak, pantang bagi saya. Lebih dari itu, soal seberapa pantas. Ikhtiar dunia sudah lewat masa dan mustahil untuk merobahnya. Saya cukup dapat menilai. Ikhtiar langit?
6. Agar Allah berkehendak A, sudahkah berjalan sesuai aturan jalur A? Agar Allah berkehendak A, sudahkah menghindar dari penyebab tidak A? Sederhananya, kita siapa dan punya apa sehingga boleh bagi Allah berkehendak A?
7. 30 menit sebelum pukul 11, saya sudah pada kesimpulan belum pantas. Oke, matikan data. Jangan pukul 11. Cari waktu buat memantaskan. Extratime! Ada tambahan waktu, Paket Dzuhur : qobliyah, tahiyyatul, antara adzan-iqomah, jama'ah, ba'diyah, kotak infaq, ramah pada warga, etc. Semua dalam nafas yang sama : memantaskan.
8. Dalam extratime seperti ini, membayangkan kemungkinan-kemungkinan buruk, ialah satu cara efektif menguatkan doa. Bagaimana jika tidak? Mau dimana? Perasaan orangtua seperti apa? Denganya, kita bener-bener seperti pengemis yang sangaaaat berharap uang untuk makan. Merasa butuh, merasa rendah, dan mudah menetes.
9. Sudah? Belum, Al-Qur'an belum tersentuh. Masih belum pantas. Tahan dulu saya punya penasaran. Maksimalin tuh 'kita punya apa' sehingga boleh bagi Allah berkendak A. Nama-nama sudah terpampang, sebagian ada yang bersyukur lega, segelintir nampak berduka. Dan sampai pukul 12.30 WIB, saya (masih) tanda tanya perihal nama saya. Sabar, sebentar lagi.
10. Allah yang lebih tau sudah atau belum, setidaknya saya coba untuk (masih) memantaskan, di paruh akhir extra-time. Harap-harap cemas. Tersenyum atau tertegun? Baik yang pertama atau kedua, menyempatkan menghadap sebelum menatap setidaknya menghindar dari dua lubang : over terlena atau over kecewa.
11. Pada akhirnya waktu extratime yang saya ciptakan sendiri, harus saya akhiri sendiri pula. Bismillah, Laa haulaa wa laa quwwata illa billah. Saya tarik nafas, nyalakan data sembari memejamkan mata, menata hati serapi dan sekuat mungkin. Sambil menghembus, mata saya buka.
11. Pukul 12.45, sekitar 1900-an pesan dari 79 chat. Mata saya menangkap chat teratas, terbaru, "Waikii, syukuran Mesir enakk" Allahu. Cess. Satu embun menetes sejuk dihati. Masih belum, scroll kebawah. Allahu, Mutawatir masyaAllah:") Tidak perlu banyak pertimbangan, sontak saya merendahkan serendah-rendahnya dalam sujud. Terimakasih tiada terkira. Tanpa diminta, pipi saya basah air mata. Allah maha baik, maha pendengar, dan tidak mengingkari janjinya.
12. Dalam beberapa hal, saya sering mengandalkan extratime yang saya buat sendiri. Saat intruksi utk masuk kelas bagi rapot, saya mlipir masjid sebentar. Saat nilai suatu mapel penting sudah dibaca sampai absen pertama, saya ijin keluar kelas menyempatkan. Menjelang pengumuman lomba, saya menghindar mencari tenang. Dan sejauh mana kita yakin ke Allah, believe or not, hampir semua tidak bertepuk sebelah tangan. True, menghadap sebelum menatap.
13. Mengutip Al Ghazali, bahwa hukum sebab akibat (kausalitas) itu ada, namun tidak absolut. Jauh diatas itu semua, ada Allah yang maha berkehendak atas segala sesuatu. Dan bagi saya, memunculkan extratime ialah salah satu cara memohon kehendak kepada Sang Pemilik Kehendak.
Nb : betapa tulisan ini terselubungi ria dan sum'ah ialah suatu kenyataan yang sulit dihindari. Setidaknya saya tetap menulis dan mencoba tetap berbagi, barangkali ada manfaat yang dapat diberi. Toh, perihal riya' urusan makhluq dan kholiq, bukan sesama makhluq.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus