Surat Perpisahan MAQUDAR

Sepertinya, sejak sering membaca novel setiap kali merasa harus berpisah dengan seseorang atau suatu kelompok, saya jadi terbiasa untuk membuat surat. Dulu, pernah kepada seseorang, kepada teman-teman angkatan, kepada kawan-kawan IPM Mugacil, dan beberapa momen lainnya. 

Sebagian besar itu memang saya tuliskan penuh dengan perasaan. Bagi saya menulis dengan hati dan menulis sekedar dengan akal saja dampaknya akan berbeda. Ya, bisa dibilang itu cara saya berterimakasih atas sebuah takdir perjumpaan. Kalau kata Pram bercerita itu sebuah cara untuk mengingat, kata saya menulis itu sebuah cara untuk mengenang; upaya merawat pertemuan yang pernah ada. 

Ini adalah surat perpisahan saya kepada teman-teman di MAQUDAR, teman berjuang satu tahun lebih, menghafal, belajar, bermain, dan bercerita yang segalanya serba bersama-sama. 

______

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh, 

Mohon maaf baru sempat untuk menuliskan ini. Ketika mungkin ada satu dua tangan belum dapat berjabat atau beberapa pasang mata yang belum sempat bertatap tempo hari, semoga tulisan sederhana ini bisa mewakili. 

Teman-teman yang berbahagia, saya izin pamit dari MAQUDAR ya. Senin kemaren setelah Zuhur saya berangkat, mohon maaf belum sempat pamitan dan menjumpai satu persatu dari antum. Sudah ada yang bantu mengangkatkan sampai bawah saja bahagia saya tidak kepalang. Terimakasih banyak lah. 

Pokoknya saya ingin menyampaikan banyak terimakasih atas segala kebaikan antum. Saya telah belajar banyak hal, terutama dari masing-masing personal antum, tentang kebersamaan, persahabatan, arti peduli terhadap orang lain dan berbagai momen mahal lainnya yang tidak mungkin terlupakan. Masing-masing dari antum memiliki tempat tersendiri dalam hati saya, sejauh saya telah mengenal dan belajar banyak dari antum. 

Bagi saya, ini semua ialah salah satu anugerah terbesar dalam perjalanan merantau saya. Syukur saya tiada habisnya atas takdir perjumpaan ini. Jujur saja, saya bangga memiliki antum semua secara utuh, meskipun saya tau antum tidak pernah benar-benar bangga dan bahagia mengenal saya seutuhnya. 

Saya adalah manusia paling beruntung, yang digariskan untuk berada dalam lingkaran yang mendekatkan saya kepada Tuhan, sekalipun saya juga menyesal, sejauh saya membersamai lingkaran ini, belum lagi mampu memberikan hal-hal terbaik, ketika segala perhatian dan kepedulian justru tiada hentinya antum berikan pada saya. 

Tentu saja, yang lebih membuat saya menyesal, dalam kondisi seperti ini, dengan terpaksa saya harus memutus kesempatan saya untuk membalas segala kebaikan antum secara langsung. Lebih menyedihkannya lagi, teman-teman, saya belum merasa berhasil mengakhirinya dengan baik; menjadikan semuanya baik baik saja, di masa akhir kepergian saya, sekalipun ini hanya sementara waktu. 

Namun toh saya pergi juga untuk kembali, jika antum perkenankan saya sebut lingkaran ini sebagai rumah; tempat kembali dan berbagi. Suatu saat nanti, kalau memang digariskan dan ada kesempatan, saya juga akan kembali kok. Benar-benar kembali. Semoga tidak ada yang berubah, kecuali masing-masing kita yang lebih baik. 

Saya juga ingin meminta maaf, atas segala kekurangan dan kesalahan saya yang tidak terhitung banyaknya. Bercanda yang berlebihan, sikap egois, kurang bertanggungjawab, seenaknya numpang tempat tidur, dan banyak celah lainnya pada diri saya yang memang penuh dengan cela. Sekali lagi, saya sangat berharap kelapangan hati antum untuk sudi memaafkan. Mohon juga untuk diingatkan, barangkali ada utang-piutang yang belum saya tunaikan. 

Terakhir, saya mohon doa antum agar ke depan saya bisa lebih baik. Tidak ada yang mampu menjamin diri kita di luar akan menjadi lebih baik, kecuali diri kita sendiri dan kuasa Allah melalui doa orang orang salih. Doa-doa antum akan sangat berarti dalam kehidupan saya selanjutnya. Semoga kelak kita bisa utuh dan bersama-sama kembali. 

Btw, saya tidak benar-benar menganggap ini perpisahan kok, toh nanti saya juga bakal banyak mampir. Hehe. Hanya saja, saya merasa perlu menyampaikan ini semua agar antum tau bahwa, saya bangga dan bahagia memiliki antum semua dan tidak pernah barang sedetikpun menyesal pernah menjadi bagian dari antum. Wafaqonallahu waiyyakum jamian.

Sekian,
Wassalamualaikum Warahmatullah.

Zahro, Madinah Nasr
5 Februari 2020.
Best regards,
Hidanul Achwan. 



Komentar

VIEWERS

Postingan Populer