BRCH (27) : Sudut Pandang
Ahad, 13 Mei 2018
Keberadaan saya di Mesir, walau belum genap setahun, telah
cukup merubah cara pandang saya. Setelah diparuh awal saya cukup terseok-seok,
sejak perpindahan kemaren, beberapa pikiran saya cukup terbuka. Seolah-olah
saya ini orang buta yang saja sembuh, lalu dapat melihat, dan terpana dengan
dunia yang begitu luas. Persinggungan dan perbincangan dengan beberapa orang
mendorong lahirnya cara pandang baru.
Setidaknya pada dua hal: perempuan dan kekancan.
Untuk yang pertama, belakangan saya benar-benar merasa
menikmati anugerah hidup Allah yang Maha Kuasa. Kalau dahulu sempat merasa perlu
ada perempuan tempat meletakkan saya punya kagum, agar terpacu dan sesekali
tersenyum, maka tidak lagi sekarang. Seperti tidak tertarik bahkan masa bodoh
dengan hal itu. Sampai titik terjauh, saya sempat berfikir tidak akan
menjatuhkan hati saya sebelum ada yang terang-terangan menunjukkannya. Banyak
sekali warisan para ulama belum saya nikmati. Saya juga masih belum merasakan
lezatnya perjalanan menuntut ilmu.
Sementara yang kedua, baru saja saya menantang diri saya berfikir:
apakah masih memikirkan dolan bareng, reuni nongkrong, mendaki gunung bareng,
dan kegiatan sejenisnya ketika saya pulang nanti? Tentu saja merekatkan kembali
pertemanan penting. Namun jika pikiran saya masih disitu saja artinya saya
tidak berkembang. Saya harus tegas dengan waktu saya kelak. Seharusnya saya
mulai memikirkan dakwah masyarakat, pembebasan kebodohan, dan tetap menjelajah
menuntut ilmu. Sebab ilmu sangat luas sementara hidup amat singkat.
Saya merasa harus berfikir besar secepat dan sedini mungkin.
Benar kata Ust Indra Gunawan, Mesir adalah tempat yang
sangat kejam dalam merubah cara pandang seseorang.
Komentar
Posting Komentar