SKM#90
Aku mendudukkan diri manis diatas kasur dalam sebuah kamar yang tak lagi ramai, sebagaimana sebelumnya. Hampir genap tubuhku menempel, kalau bukan sebab tatapan itu, sudah jatuh aku dalam rebah. Sebuah bangun dalam radius tidak sampai 2 meter, mengosongkan pandanganku, maka tubuhku tertawan di tempat, sementara anganku terbang melesat.
Seketika aku sampai dalam kurun masa, ketika seseorang mendesakku berada diatas, menggantikan anak panah yang telah tepat tertancap sekian malam sebelumnya, dalam satu perbincangan malam setelahnya.
Malam itu, aku berdiri diatas dua kaki yang menyimpan ragu pada satu pijak, dan membisik terima di pijak lain. Waktu tidak mempersilahkan abu-abu, aku berat sebelah, pada pijakan yang kedua.
Sekian hari telah menjelma pekan, dalam masa percobaanku memimpin dengan payah dan cukup berdarah, orang yang sama, yang memintaku sampai atas, menjatuhkanku di hadapan ratus pasang mata, didepanku. Menghujatku didepan khalayak media, dibelakangku.
Penghianatan! Aku menghujat sejadi-jadinya, tanpa bicara. Aku berteriak sumpah serapah, tanpa suara. Aku jatuh, terpelanting, pecah berkeping-keping.
Seseorang memanggilku, menyadarkanku dari lamunan panjang, anganku telah menetap kembali.
Kini, kulabuhkan terimakasih padamu, yang telah menjatuhkan, sekaligus (dalam waktu yang sama) menguatkan.
Klaten, 29 Juli 2017
Seketika aku sampai dalam kurun masa, ketika seseorang mendesakku berada diatas, menggantikan anak panah yang telah tepat tertancap sekian malam sebelumnya, dalam satu perbincangan malam setelahnya.
Malam itu, aku berdiri diatas dua kaki yang menyimpan ragu pada satu pijak, dan membisik terima di pijak lain. Waktu tidak mempersilahkan abu-abu, aku berat sebelah, pada pijakan yang kedua.
Sekian hari telah menjelma pekan, dalam masa percobaanku memimpin dengan payah dan cukup berdarah, orang yang sama, yang memintaku sampai atas, menjatuhkanku di hadapan ratus pasang mata, didepanku. Menghujatku didepan khalayak media, dibelakangku.
Penghianatan! Aku menghujat sejadi-jadinya, tanpa bicara. Aku berteriak sumpah serapah, tanpa suara. Aku jatuh, terpelanting, pecah berkeping-keping.
Seseorang memanggilku, menyadarkanku dari lamunan panjang, anganku telah menetap kembali.
Kini, kulabuhkan terimakasih padamu, yang telah menjatuhkan, sekaligus (dalam waktu yang sama) menguatkan.
Klaten, 29 Juli 2017
Komentar
Posting Komentar