Risalah Hangat untuk Keluarga Besar 2017

“Risalah Hangat untuk Keluarga 2017”

Terkhusus untuk keluarga besar seperjuangan 2017,
yang telah resmi dan sah menyandang gelar alumni.

“Pernahkah ketika menyaksikan sepak terjang  orang lain secara langsung atau membaca catatan-catatan dalam jurnal harianya, anda merasa kecil bahkan seakan bukan siapa siapa? Lalu, seketika anda berada pada keadaan dimana semua jejak yang telah ditinggalkan kaki maupun diabadikan sekotak bangun ruang, benar-benar belum ada apa-apanya, lebih-lebih menyetarainya. Pernahkah, Tuan?”

“Bila pernah, Tuan hanya  perlu membuka mata lebih luas, bahwa seutas tali telah hadir didepan anda menyisakan usaha untuk mengerah dan menghimpun sedikit tenaga demi menyaksikan kembali secercah cahaya. Atau Tuan hanya perlu menghadirkan tangga yang sejatinya dapat Tuan ciptakan sendiri, walaupun sepintas dekat kepada kemustahilan. Percayalah. Saya pernah jatuh kedalam lubang tersebut, sebagaimana tuan alami saat ini barangkali.”

Baiklah. Setidaknya pikiran-pikiran diatas lahir seperti sebuah jawaban atas berkecamuknya saya punya hati dan perasaan. Betapa saya berada dalam lingkaran orang-orang dengan sekelumit kehebatan dan kebesarannya, ialah sebuah kehormatan atas kehendak Tuhan. Kadang-kadang saya bersyukur mendapat impuls untuk selalu produktif dalam hidup, walaupun tidak jarang pula hanya geleng-geleng yang  mampu saya lakukan.

Teman-teman yang kepada kalian saya menaruh hormat,
Kini, tinggallah menunggu ratusan menit memasuki ramadhan. Bulan suci yang dinanti semua kalangan muslimin di seluruh jagat, yang berharap masih dapat membersamainya. Walau demikian, siapapun tidak menjamin hembus nafas kita masih sampai pada ujung garis penantian. Sebab itu, Rasulullah mengajarkan doa kepada para sahabat, “Allahumma Balighna Ramadhann..” (Ya Allah pertemukanlah kami dengan bulan ramadhan..)

Ibarat tamu mulia yang akan bertandang, setiap tuan rumah barang pasti mempersiapkan jamuan dengan sebaik-baiknya. Rumah bersih dan rapi, makanan-minuman lezat, pakaian terbaik disandang, sampai hati yang bersih dan ramah demi memuliakan ia punya tamu. Kalau kita tarik, persiapan jasmani dan rohani tidak boleh alfa untuk terlewatkan.

Lalu, sebagaimana kita tau akan ada tamu besar singgah, tidak boleh waktu yang ada termakan sia-sia saat membersamainya. Dengan kata lain, mau ngomong apa dan bagaimana harus terencana sebelumnya. Tidak cukup melulu berdalih pada fleksibelitas atau insidental. Dalam hal ini, rencana indah apa saat ramadhan harus ditetapkan sedari awal. Selain mempertajam mimpi dan tujuan, yang demikian setidaknya dapat mendorong kita untuk tidak berhenti produktif di bulan produktif pahala.

Ramadhanmu dimana? Cuss Malaysia ra, Dan? Sido tahfidzan, Dan? dan sekelumit pertanyaan satu kelamin lainya. Bahkan sebelum orang bertanya perihal diatas, jauh sebelumnya saya bertanya-tanya pada diri sendiri. 'Mau dimana Ramadhan?'

Ramadhan harus berkesan. Tidak boleh berlalu dengan biasa sebagaimana yang lainya. Itu idealisme saya biasanya. Namun, apalah arti idealisme yang melangit kalau kita buta terhadap realitas disekeliling kita. Kita berharap melalang buana kesana-kemari, sementara yang “disini” terpandang sebelah mata separuh hati. Kita sibuk mencari tempat yang tepat untuk mengembangkan diri, sementara panggilan masyarakat setempat hanya seperti bisikan saat terlelap dinihari. Oh, maaf Tuan. Rasanya tidak bijak menggunakan frasa”kita”. Barangkali hanya saya yang tertulikan sebagaimana demikian.

Dalam kurun masa kurang lebih 365 hari x 2,  waktu ramadhan saya tidak dirumah melainkan sedikit saja. Namun ini boleh dimaklumi sebagai proses pembelajaran di sekolah. Dan setelah resmi selesai dan diterbangkan, sekarung tugas dan kewajiban telah kita emban di pundak masing-masing, untuk di realisasikan di kampung halaman masing-masing.

Keluargaku yang semoga selalu dalam kebahagiaan,
Adalah naif kedengaranya andaikata segala ilmu kehidupan, baik di kelas maupun di lapangan, yang kita terima melalui serentetan proses yang tidak singkat, tidak lantas menimbulkan kesadaran untuk bertindak; melihat realitas umat dan mengabdikan diri kepadanya, (tetep untuk Allah tapi, hehe)

Saya menulis ini juga setelah mendengar kabar, bahwa salah satu teman saya, Gusna Abi, beberapa waktu lalu nge-chat, ia bercerita bahwa ia benar-benar seakan telah diharapkan dan dipercaya masyarakat di tempatnya, untuk menjawab sekaligus menyelesaikan berbagai problematika umat. Menggetarkan bukan? hehe.

Temans,
This may seem like a rationalization of a last resort. Silakan saja berpendapat demikian. Walaupun awalnya saya akui demikian, bersamaan dengan berjalanya waktu, mengantar saya pada kesadaran memang seharusnya demikian sejak awal, menjadi pilihan utama.

Nek gak jare Ni’mal ya Kholil, entah siapa dari mereka yang duluan mencetuskan bahwa,
“Semua orang besar dijalan masing-masing. “

Terus nek jare oaseamjad,
“Bahagia itu ternyata soal menyadari-bukan mencari-cari.”

Menyenangkan bukan, berada di lingkaran orang-orang hebat? :)

Wa fii nihaayatil matof, kalau ada yang bertanya,
“Ramadhan mau kemana?”
Mari, tanpa sedikitpun ragu kita jawab : Di Rumah, mengabdi pada umat :))

Allahumma Balighna Ramadhan..
Marhaban Yaa Ramadhann.


Yogyakarta, 29 Sya’ban 1438 H
Salam hangat saya untuk kalian,
Hidanul Achwan

    

Komentar

VIEWERS

Postingan Populer