Aku Mencintaimu, Tuan.
Tak terbayang, kini aku mencintaimu, Tuan......
Ketika malam terus bergemul dengan gelapnya, ketika itu pula bintang akan setia berkelipan.
Aku dulu membencimu laksana bencinya setan kepada orang shalih, bahkan aku sering merendahkanmu. Tidak dapat dihitung lagi mungkin, berapa kali diri ini berontak, mengapa orang lain mengagumimu? Ah, kurasa tiada yang istimewa dengan dirimu.
Bumi terus berputar indah melingkar, matahari tiada henti bersinar, dan angin yang terus menyapa daun kelenjar...
Waktu terus berjalan. Pernah sekali aku tertarik padamu, kala itu. Ya, kala itu ketika elok paras hatimu menyejukkan kalbuku. Seketika aku ingin selalu didekatmu, memandang indah setiap keindahanmu, dan membisikkan kata cinta di telingamu..
Semuanya cepat sekali berubah. Lebih mudah bahkan, daripada membalikkan telapak tangan. Kini aku hanyalah makhluk tak berdaya. Apalah daya, mencintaimu saja aku tak bisa.
Ketika itu aku sadar dan paham, bahwa engkau teramat penting bagi hidupku. Tanpa hadirmu, sungguh kering berdebu jiwaku yang layu. Tetapi, bagaimana mungkin? rasa itu telah hilang adanya? hanya sekejap saja hinggap, lantas pergi entah kemana.
Aku tahu ini aneh. Dan aku paham, ini sesuatu yang membingungkan. Bagaimana tidak? Aku tahu engkau sangat berarti bagiku, selalu membahagiakanku. Tapi aku tak tahu, mengapa aku tak bisa mencintaimu? Tanpa berpikir panjang, kulakukan berbagai cara agar aku bisa jatuh hati padamu. Aneh memang, tapi aku tak peduli. Satu tujuan, dapat mencintaimu kembali.
Tanpa terasa, semua usaha memang tiada yang sia-sia...
Dan terimakasih Tuhan, kini aku menicntainya..
Kali ini dan sampai kapanpun, aku akan tetap mencintaimu, Tuan...
Sekali lagi, aku mencintaimu Tuan bernama "sastra" :)
0:24 WIB (Rabu, 6 Januari 2016)
------------------------------------
Komentar
Posting Komentar