Sebetulnya Nikmat
1. Sebuah kewajaran, berada pada titik nadir menjalani hidup. Semua terasa amat malas. Tidak gaerah melakukan hal apapun.
2. Saat seperti itu, kadang kita hanya butuh istirahat. Menepi dari serentetan aktivitas. Butuh waktu untuk berdialog, dengan diri sendiri. Menata ulang strategi, mimpi, dan cita-cita.
3. Atau kita hanya butuh waktu, untuk pelan pelan menerima lalu mensyukurinya. Ada banyak orang disana, tidak mendapatkan seperti yg kita rasakan, padahal mereka menginginkannya.
4. Kalau tidak lekas sampai, terkadang butuh faktor eksternal. Lewat buku, baca tulisan orang, atau ketemu orang-orang besar. Buku mengingatkan kekerdilan kita. Tulisan orang membuka cara pandang baru. Sementara orang besar, membakar dengan cerita-cerita perjuangan. Disana kita panen inspirasi, tentu, untuk bangkit kembali.
5. Atau melalui teman. Merasa (sok) kuat dan mandiri berbeda tipis. Setipis perbedaan menjaga harga diri dan menutup diri. Terkadang kita terjebak dalam persoalan yang seolah-seolah akan pecah dengan tangan sendiri. Padahal, tangan-tangan diluar sana bersedia menggapai. Sama sekali tidak merepotkan, diakui keberadaanya justru sebuah penghormatan atas pertemanan.
6. Pada akhirnya, sebagai manusia, terkadang kita butuh jatuh untuk bangkit. Tidak selamanya jatuh itu musibah. Sekiranya berkenan menyadari, disitu sebenarnya sebuah berkah. Kita diingatkan untuk muhasabah, evaluasi diri, merancang strategi.
Apa kabar tujuan?
Kairo, 7 Januari 2018.
Komentar
Posting Komentar