Betulkah Ujian?


Ada satu kepastian didunia ini selain datangnya kematian. Bahwa Allah yang maha Rahman dan Rahim tidak akan pernah menyiksa hambanya, melainkan hamba tersebutlah yang menyebabkan dirinya terperosok dalam kubangan penderitaan yang ia buat sendiri. Akan tetapi, sebagai insan lemah, acapkali kita mencari-cari alasan diluar itu.

Intinya—meminjam istilah Yusuf Mansur—ada rumus bahwa perbuatan baik mendapat balasan baik, sebaliknya perbuatan buruk mendapat balasan buruk. Sebagaimana firman Allah:“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”(Az-Zalzalah : 7-8).

Dalam hal ini, terdapat pengandaian menarik, yakni apabila telah  berbuat buruk kita seperti dikejar anjing dimana terdapat dua kemungkinan : tertangkap atau anjing tersebut berhenti mengejar. Adapun bentuk pengejaranya berupa kegelisahan, hilangnya khusyuk, maupun datangnya musibah secara berkala. Dan tidak mustahil pengejaran tersebut usai bersama dengan kehendak Allah setelah kita menyesal dan bertaubat.

Saya tidak habis pikir, ketika seseorang ditimpa musibah seperti kehilangan barang atau ditimpa sakit, misalnya. Dengan penuh percaya diri dan sedikit pongah ia katakan “Saya sedang diuji,”. Disinilah terjadi salah kaprah pemaknaan terhadap ujian. Sementara Ujian diberikan Allah kepada hambanya yang taat guna menguji kadar keimanannya, Azab—menurut Quraish Shihab—ialah suatu kemurkaan Allah akibat pelanggaran yang dilakukan manusia.

Sebegitu yakinkah kita telah taat sehingga pantas untuk diuji? Bagaimana bila ternyata Azab?

Tentu sangat arif ketika langkah muhasabah kita ambil sebagai solusi. Tengok apa yang telah lalu kita perbuat  untuk diperbaiki esok harinya(Al-Hasyr : 18). Maka hemat saya, menerimanya sebagai azab tidaklah berlebihan dikatakan tepat, mengingat betapa susahnya terhindar dari dosa. Dengan demikian, tak perlu lagi alasan untuk legowo dan lekas beristighfar.

Lagi-lagi, Allah sebaik-baiknya Maha. Harus kita pahami bersama bahwa dibalik musibah yang menyapa, Allah angkat pula kita punya dosa(Asyura :30). WaAllahua’lam.

                                                                                             
              
                  
                                           

Komentar

VIEWERS

Postingan Populer