Waktunya Melangkah

Kalau kata Ahmad Tohari (1977) :

"Dalam lintasan cinta, semua orang menjadi seniman! Tidak peduli itu kata siapa. Tetapi kita yakin adalah percuma membantah kebenaranya"

Maka tidak terkecuali padaku, yang dalam beberapa satuan waktu yang lalu menjelma sebagai sastrawan. Persoalanya adalah adakah berpijak diatas lintasan (baca:cinta) tersebut, selamanya manfaat dan jauh dari terlenakan?

Kalau jawabanya tidak, rasanya menyusuri jalan lain tak kalah menarik. Menyaksikan--atau boleh jadi memandu-- orang lain berjalan diatas lintasan tersebut, misalnya. Tanpa harus disana, walau perlahan namun pasti kecenderungan bersastra kita terbawa keatas.

Adalah benar tidak akan se-sensasional kalau menceburkan diri didalamnya dimana pahit-manis dinamikanya (katanya) mendewasakan. Walau demikian, tidak ada lagi yang dapat dibanggakan ketika jatah waktu yang disediakan, terbang bersama kesia-siaan.

Barangkali jalan demikian yang lebih adil untuk segera kaki kita langkahkan kesana. Bukan aku saja yang beranjak, sementara kudiamkan Anda tertinggal dibelakang. Justru karena jatah yang kita tidak tau sampai kapan, menjadikan tidak perlu lagi beralasan untuk tidak lekas melangkah.

Tanpa aku ungkapkan atau sempat Anda pertanyakan, kita telah sepakat untuk tidak sepakat selalu berada di jalan yang sama, sekalipun kita tidak menolak bahagia bertemu kembali pada ujung jalan yang sama.


-----------
Yogyakarta, 3 Februari 2017

Komentar

VIEWERS

Postingan Populer