Refleksi Dirgahayu Indonesia ke-75
Sekitar 3 tahun lalu, ketika saya menjadi fasilitator TM 2 PD IPM Jogja, sebuah pertanyaan coba saya lontarkan kepada anggota kelompok saya. "Kira-kira, besok nanti kalian mau memilih berjuang di akar rumput membersamai masyarakat langsung, atau dlm ranah yang lebih tinggi seperti struktural pemerintah, yayasan atau ormas tingkat atas misalnya?"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Mereka menjawab sambil menyertakan argumen plus minusnya. Selain bukan pertanyaan hitam-putih, sebetulnya pertanyaan ini (belakangan baru saya sadari) juga terlalu kaku untuk kehidupan kita yang terlalu berwarna dan penuh kejutan.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Sejak kecil, mulai dari SD sampai SMA saja, sudah berapa kali kita gonta-ganti cita-cita. Apalagi setelah melihat dunia dan realitas langsung. Mungkin kita tau dan mulai merasakan, bahwa tidak semua mimpi indah yang kita tanam, akan tumbuh menjadi kenyataan seperti yang kita impikan. Namun di titik inilah, justru kita belajar salah satu fase terpenting dalam hidup: menerima kenyataan dan tetap terus berjuang.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Saya jadi teringat, suatu ketika ada yang memberanikan diri bertanya di majelis Maulana Syekh Husyam. "Ya Maulana, sebetulnya kita sekarang pusing-pusing belajar mantiq manfaatnya untuk masyarakat nanti apa sih? Toh, ketika balik ke negara saya nanti, mereka tidak akan bertanya ribet tentang ilmu ini, dan justru lebih banyak bertanya seputar fiqh dan hadis,"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Sambil tersenyum Maulana menimpali, "Jauh sebelum kamu bertanya soal itu, hal utama yang lebih dulu harus kamu lakukan ialah jadilah seorang ahli dalam ilmu ini dahulu. Imtali' nafsaka awwalan! Kalau sudah jadi ahli, pakar dan mumpuni dalam suatu bidang keilmuan, kamu tidak lagi perlu bertanya peran apa yang akan kamu ambil ketika pulang kelak. Karena semua hal dengan kepakaran itu menjadi mungkin,"
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Sebuah nasihat yang bukan hanya menyejukkan, namun juga lengkap dengan panduan teknis pelaksanaannya. Sederhananya, ya belajar dulu yang serius sampai jadi pakar, nanti soal berkiprah di tanah air, pandangan matamu dengan kepakaran itu akan jauh lebih luas. ㅤㅤㅤㅤ
Dirgahayu Indonesia ke-75!
Abbas el Akkad, Kairo.
17 Agustus 2020
Komentar
Posting Komentar