Sejak Kedatangan Saya di Mesir


Dunia berputar bersama satuan waktu yang terasa begitu cepat, yang terkadang tidak memberikan kita kesempatan, barang sebentar, untuk sekedar merenung atau menakar, sejauh mana kita melangkah maju dan meninggalkan; berjalan jauh dan melepaskan.

Sejak kedatangan saya di Mesir 26 September tahun lalu, sampai genap satu putaran bumi mengelilingi matahari, sejak itu pula saya tidak dapat lagi menatap langsung wajah teduh ibu bapak saya; menghabiskan waktu bercengkerama di tengah meja makan antara maghrib dan isya’ setiap malam perpulangan; menyeduh teh panas ter-pas racikan ibu selepas subuh; mendengar cerita masa lalu bapak di tengah perjalanan mengendarai motor; juga kisah-kisah pulang naik bus bersama adik.

Sejak kedatangan saya di Mesir 26 September tahun lalu, sampai genap satu putaran bumi mengelilingi matahari, sejak itu pula saya tidak lagi membersamai bacaan anak-anak kecil mengaji; menahan keseimbangan berat badan mereka yang mencoba meraih punggung; membalas senyum tawa dan ceria mereka; dan pura-pura  menolak ajakan “Mas, sesok meneh ya!” yang selalu saja terdengar polos, lugu, dan tentu saja tulus apa adanya.

Sejak kedatangan saya di Mesir 26 September tahun lalu, sampai genap satu putaran bumi mengelilingi matahari, sejak saat itu pula kaki saya tidak lagi berpijak di tanah yang bukan tempat lahir maupun asal saya, namun jejak dan sebagian ruh saya menetap di sana; Yogyakarta. Tidak ada lagi kumpul organisasi di angkringan, bersafari kos-tempat tinggal teman setiap malam, berbagi cerita, mimpi, masa depan, dalam malam-malam yang, entah sebab apa, jika tidak di Jogja rasanya tidak terlalu istimewa.

Sejak kedatangan saya di Mesir 26 September tahun lalu, kepemilikan saya atas apa yang disebut pertemanan maupun persahabatan yang pernah saya bangun baik-baik, seolah sebagian menghilang, entah karena sudut pandang saya yang sempit atau jalan keluar menyikapi yang tidak kunjung ketemu. Saya sedikit sedih dan perlahan mencoba menyadari—mengambil sikap ialah pelajaran mahal yang terkadang mensyaratkan kesalahan.

Ya, tentu saja, sejak kedatangan saya di Mesir 26 September tahun lalu, sampai genap satu putaran bumi mengelilingi matahari, sebagaimana  sunnatullah dalam perjalanan, saya meninggalkan dan melepas sebagian irisan dari hidup saya, sekaligus pada waktu yang sama mengambil, menerima, dan memiliki lingkaran irisan baru lainnya yang tentu lebih luas, banyak, dan jauh mendewasakan.

Selamat mengenang satu tahun pertama!

Kairo, 27 September 2018




Komentar

VIEWERS

Postingan Populer